Prospek IPO Superbank (SUPA): Mending Beli Saham EMTK Saja?
Pak Teguh saya tertarik ikut IPO Superbank (SUPA) yang belakangan ini ramai dibicarakan, tapi ada yang bilang mending beli saham perusahaan induknya saja, EMTK, dan kebetulan saya sudah baca analisa bapak soal EMTK ini di website. Mohon pendapatnya pak, lebih baik saya beli SUPA atau EMTK? Thanks.
***
Ebook Investment Planning berisi kumpulan 25 analisa saham pilihan edisi Q3 2025 sudah terbit! Dan sudah bisa dipesan disini, gratis tanya jawab saham/konsultasi portofolio langsung dengan penulis. Tersedia juga edisi sebelumnya yang bisa dipesan pada harga diskon.
***
Jawab:
Betul pak, jadi di ulasan bulan Mei 2025 kemarin saya bilang bahwa saham PT Elang Mahkota Teknologi, Tbk (EMTK) mungkin bisa naik ke Rp1,000, dimana analisanya adalah karena, pertama, valuasi sahamnya sudah sangat murah dengan PBV 0.9x di harga Rp500an. Lalu kedua, perusahaan mencatat kinerja yang sangat baik di tahun 2025 ini karena adanya ‘pendapatan lain-lain’ yang berasal dari investasinya di saham PT Bukalapak (BUKA), PT Cahaya Aero Services, Tbk (CASS), dan Grab Holdings Ltd (GRAB, terdaftar di Nasdaq Amerika Serikat), dimana nilai pendapatan ini kemungkinan akan terus naik seiring kenaikan harga saham BUKA, CASS, dan GRAB. Buat teman-teman yang lain bisa baca lagi analisa EMTK disini.
Nah, jadi kita sekarang ke PT Super Bank Indonesia, Tbk atau Superbank (SUPA) dulu. SUPA ini dulunya bernama Bank Fama (PT Bank Fama International) yang berdiri di Bandung, Jawa Barat, pada tahun 1993, dan pada tahun 2021 diakuisisi oleh EMTK untuk dijadikan mitra digital banking pada aplikasi ojek online Grab di Indonesia, dimana Grup Emtek juga ada investasi disitu. Tahun 2023 masuk sejumlah investor lain, dan nama Bank Fama berubah menjadi Superbank. Tahun 2024, Superbank meluncurkan aplikasi digital banking-nya sendiri, dan hingga akhir semester pertama 2025 aplikasi tersebut sukses menjangkau 4 juta pengguna di seluruh Indonesia. Dari sisi kinerja keuangan, maka sejak akuisisinya oleh Grup Emtek, Superbank selalu merugi di tahun 2022, 2023, dan 2024. Barulah di tahun 2025 ini, maka hingga 30 Juni pendapatan bunga perusahaan melonjak menjadi Rp904 miliar berbanding Rp268 miliar di periode yang sama tahun sebelumnya, dan alhasil perusahaan sukses cetak laba bersih Rp21 miliar, yang mana itu masih sangat kecil sebenarnya jika dibanding nilai total aset perusahaan sebesar Rp14.9 triliun per 30 Juni 2025, tapi minimal perusahaan sudah tidak merugi lagi.
Kemudian kalau dari sisi pangsa pasar penyaluran kredit, maka Superbank adalah bank digital terbesar kelima di Indonesia setelah Seabank, Bank Jago (ARTO), Bank Neo Commerce (BBYB), dan Allo Bank (BBHI). However kalau kita juga memasukkan unit usaha digital dari bank-bank besar seperti Blu (milik Bank BCA) dan Bank Raya (milik Bank BRI) ke daftar di atas, maka posisi Superbank mungkin lebih rendah lagi. But still, kita tetap bisa mengatakan bahwa Superbank, dengan dukungan aplikasi Grab, pada hari ini merupakan salah satu bank digital terbesar di Indonesia. Dan karena kita tahu bahwa Grab akan ‘menelan’ Gojek sehingga Grab bakal menjadi penguasa tunggal pasar ojek online di Indonesia, maka Superbank mungkin akan diuntungkan.
Sehingga dalam hal ini kita bisa bilang bahwa prospek SUPA terbilang menarik, tapi sekarang kita ke valuasi sahamnya: IPO SUPA ditetapkan di harga Rp635 per saham, dimana perusahaan akan memperoleh dana Rp2.8 triliun. Kemudian karena jumlah saham SUPA setelah IPO akan mencapai 33.9 miliar lembar, maka market cap SUPA adalah Rp635 dikali 33.9 miliar, sama dengan Rp21.5 triliun. Dan karena ekuitas SUPA sebelum setelah IPO akan tercatat Rp8.1 triliun, sudah termasuk hasil IPO Rp2.8 triliun tadi, maka price to book value atau PBV-nya adalah 21.5 dibagi 8.1, sama dengan 2.6x. Sebagai perbandingan, ketika artikel ini ditulis PBV ARTO tercatat 3.3x, BBYB 1.5x, dan BBHI 4.3x. Maka kita bisa katakan bahwa valuasi IPO SUPA terbilang wajar: Tidak murah, tapi juga tidak bisa disebut mahal. Jangan lupa pula bahwa, berbeda dengan IPO anak usaha EMTK lainnya yakni Bukalapak (BUKA) di tahun 2021 lalu dimana perusahaannya masih rugi (dan secara operasional BUKA tetap merugi sampai sekarang), maka SUPA saat ini sudah cetak laba, dan prospeknya memang cukup cerah seperti yang sudah dijelaskan di atas.
Okay, jadi balik lagi ke pertanyaannya: Mending beli SUPA, atau beli saham EMTK saja? Dan jawaban singkatnya: Beli EMTK saja! Dan berikut alasannya: Seperti kebanyakan IPO lainnya, kemungkinan besar bapak hanya akan dapat lot sedikit jika ikut penjatahan IPO SUPA ini, jadi ya ngapain wasting time? Sedangkan kalau bapak coba ikut beli sahamnya di pasar ketika SUPA ini melantai di bursa pada tanggal 17 Desember nanti, maka kemungkinan bapak harus beli pada harga yang lebih tinggi dari Rp625 tadi. Kemudian secara kinerja keuangan, betul bahwa SUPA sekarang sudah laba, tapi tahun-tahun sebelumnya dia rugi terus, dan dia juga bukanlah market leader di sektor bank digital di Indonesia, sehingga perusahaan kedepannya berisiko untuk menderita rugi lagi jika tidak mampu bersaing. Dan soal merger Gojek + Grab tadi? Sampai sekarang itu masih wacana, jadi mungkin realisasinya bakal butuh waktu.
Nah, tapi entah itu SUPA bakal sukses mencatat pertumbuhan kinerja atau tidak kedepannya, dan apakah sahamnya bakal naik atau justru nyungsep seperti BUKA, namun yang jelas EMTK sebagai pemegang sahamnya bakal turut kecipratan hasil IPO-nya yang sebesar Rp2.8 triliun tadi. Dan kalau kita balik lagi ke kinerja EMTK di tahun 2021 lalu, yakni ketika perusahaan sukses meng-IPO-kan Bukalapak, maka ekuitasnya ketika itu tercatat Rp33.7 triliun, melesat dibanding tahun sebelumnya Rp12.4 triliun. Sedangkan sahamnya? Ya tentu saja ikut meroket dari Rp1,400 di awal tahun 2021, hingga sempat tembus Rp3,000 di bulan April 2022, yakni ketika perusahaan merilis laporan keuangan tahun penuh 2021 dan ekuitasnya naik menjadi Rp33.7 triliun seperti disebut di atas.
Kesimpulannya, yep, meski saham EMTK memang sudah naik banyak dari bulan Mei 2025 lalu, tapi dia masih berpeluang untuk lanjut naik lagi sampai tanggal 17 Desember ini, dan setelah itupun mungkin dia juga masih akan lanjut naik, yakni jika saham SUPA sukses melesat setelah IPO-nya. Risikonya disini adalah jika saham SUPA bernasib seperti BUKA dulu: Sempat naik selama 2 – 3 hari pasca IPO, tapi setelah itu terus turun, dan tentu saja saham EMTK ketika itu juga ikut turun dari Rp2,800 di bulan Juli 2021, hingga balik lagi ke Rp1,500 di bulan Oktobernya.
Sehingga, entah itu bapak ambil SUPA atau EMTK maka sebenarnya risikonya
sama-sama terhitung tinggi, tapi minimal di EMTK ini anda gak perlu ikut antri
penjatahan, dan risikonya tadi bisa diminimalisir dengan cara trading
cepat/bapak jangan beli EMTK ini untuk investasi jangka panjang, melainkan harus
lihat perkembangan saham SUPA itu sendiri nanti bagaimana. Semoga lancar!
***
Ebook Investment Planning berisi kumpulan 25 analisa saham pilihan edisi Q3 2025 sudah terbit! Dan sudah bisa dipesan disini, gratis tanya jawab saham/konsultasi portofolio langsung dengan penulis. Tersedia juga edisi sebelumnya yang bisa dipesan pada harga diskon.

Komentar