Prospek ABM Investama (ABMM) Setelah Akuisisi 30% Saham Golden Energy Mines (GEMS)

Pada 31 Agustus 2022, PT ABM Investama, Tbk (ABMM) merilis keterbukaan informasi yang menyebutkan bahwa perusahaan pada tanggal yang sama memenangkan lelang untuk membeli 1.8 miliar lembar saham, atau setara 30% saham beredar PT Golden Energy Mines, Tbk (GEMS), pada harga $420 juta atau setara Rp6.2 triliun, ditambah pembayaran yang ditangguhkan. Dengan demikian ABMM membeli saham GEMS pada harga diskon Rp3,536 per saham, ketika harga GEMS itu sendiri di pasar mencapai Rp6,425. Sontak hal ini menjadi sentimen positif bagi sahamnya, di mana saham ABMM kemudian naik dengan cepat dari 2,750 sampai menyentuh 4,900 pada pertengahan September, sebelum kemudian melandai lagi ke posisi sekarang (3,960). Pertanyaannya sekarang, seberapa besar dampak akuisisi saham GEMS ini terhadap kinerja perusahaan? Benarkah laba ABMM sebagai perusahaan batubara kedepannya akan menjadi sangat besar karena adanya kontribusi laba dari GEMS, yang juga sebuah perusahaan batubara?

***

Ebook Market Planning edisi Oktober 2022 yang berisi analisis IHSG, rekomendasi saham, info jual beli saham, dan update strategi investasi bulanan sudah terbit. Anda bisa memperolehnya disini, gratis info jual beli saham, dan tanya jawab saham/konsultasi portofolio untuk member.

***

Sebelum kita membahas kesana, mari kita pelajari lagi ABMM ini dari awal.

ABMM adalah perusahaan holding yang membawahi sejumlah anak usaha di bidang tambang batubara, kontraktor tambang, jasa ketenagalistrikan, jasa logistik, engineering, dan pembuatan/perakitan alat-alat tambang. ABMM merupakan bagian dari Grup Trakindo, yang merupakan perusahaan distributor alat-alat berat (merk Caterpillar asal Amerika Serikat) terbesar kedua di Indonesia, dibelakang PT United Tractors, Tbk (UNTR). Namun demikian ABMM sama sekali tidak memegang usaha alat berat melainkan fokus di batubara, dimana dari pendapatannya sebesar $652 juta pada semester I 2022, $559 juta diantaranya berasal dari penjualan batubara dan jasa kontraktor tambang batubara. Dan thanks to kenaikan harga batubara dalam 1 – 2 tahun terakhir, maka ABMM juga menikmati kenaikan pendapatan dan laba bersih yang signifikan, dimana ROE-nya mencapai 50.7% disetahunkan. Secara operasional, ABMM melalui tiga anak usaha tambangnya (satu di Kalimantan Selatan, dua di Aceh) menjual 13.5 juta ton batubara pada tahun 2021, atau sekitar separuh volume penjualan batubara PT Bukit Asam, Tbk (PTBA). Sedangkan melalui anak usahanya di bidang kontraktor tambang, yakni PT Cipta Kridatama, maka ABMM pada tahun 2021 memindahkan overburden (lapisan tanah yang harus digali agar batubara dibawahnya bisa diambil) sebanyak total 179 juta bank cubic meter (BCM), yang menjadikannya perusahaan kontraktor tambang batubara terbesar ke-3 di Indonesia.

Sehingga, meski nama perusahaannya kalah tenar dibanding misalnya PTBA, UNTR, atau Trakindo itu sendiri sebagai owner-nya, tapi ABMM ini sebenarnya lumayan besar. Dan dengan kemarin ABMM menambah portofolionya dengan mengakuisisi saham GEMS, meski hanya secara minoritas, maka itu artinya sekarang perusahaan menjadi lebih besar lagi. Karena dengan volume penjualan batubara mencapai 34.0 juta ton pada tahun 2020, maka GEMS ini juga bukan perusahaan tambang kecil. Nah, jadi bagaimana persisnya prospek ABMM setelah ‘mencaplok’ 30% saham GEMS?

Untungnya pihak manajemen ABMM pada tanggal 16 September kemarin kembali merilis keterbukaan informasi berisi rincian akuisisinya terhadap 30% saham GEMS, yang tuntas sehari sebelumnya (15 September) dengan poin-poin pentingnya sebagai berikut:

  1. ABMM membeli saham GEMS dari GMR Group, sebuah konglomerasi asal India, jadi bukan dari Grup Sinarmas sebagai pemegang saham pengendali di GEMS. Atau dengan kata lain, GEMS tetap dikuasai dan dikendalikan oleh Grup Sinarmas, namun kali ini dengan ABMM sebagai mitranya (dari sebelumnya GMR Group). GMR Group sendiri kemungkinan melelang sahamnya di GEMS karena adanya Peraturan Pemerintah (UU No.3 Tahun 2020) yang mengharuskan investor asing untuk melepas kepemilikannya di perusahaan sumber daya alam ke investor domestik. Dan ABMM kemudian menjadi investor domestik yang memenangkan lelang tersebut.
  2. Nilai akuisisinya $420 juta, tapi itu belum termasuk pembayaran yang ditangguhkan yang nilainya baru akan ditentukan kemudian. ABMM membiayai akuisisinya dari kas internal, plus pinjaman dari Bank Mandiri sebesar $320 juta dengan margin 4.75% per tahun ditambah bunga sesuai secured overnight financing rate (SOFR), yang akan jatuh tempo dalam waktu 5 tahun.

Kemudian terkait dampaknya ke laporan keuangan ABMM, maka mari kita cek. Pada semester I 2022, GEMS mencatat laba bersih $336 juta, sehingga 30% diantaranya adalah $101 juta. Karena laba ABMM sendiri pada periode yang sama tercatat $95 juta, maka laba tersebut naik lebih dari dua kali lipat menjadi $196 juta. However, perlu dicatat bahwa tambahan laba $101 juta tadi hanya bersifat pembukuan dimana laba tersebut tetap dimiliki oleh GEMS, namun akan diakui sebagai ‘bagian laba atas entitas asosiasi’ di laporan keuangan ABMM. Atau dengan kata lain, ABMM tidak benar-benar menerima uangnya kecuali GEMS membayar dividen. Disisi lain, GEMS memang membayar dividen interim sebesar $200 juta dengan tanggal pembayaran 21 September 2022 kemarin. Jadi dari bagian laba sebesar $101 juta tadi, maka ABMM benar-benar menerima uangnya secara tunai (dalam bentuk dividen) sebesar 200 juta dikali 30%, sama dengan $60 juta.

Tapi intinya sekali lagi adalah, laba ABMM, baik yang diterima secara tunai dalam bentuk dividen ataupun hanya bersifat pembukuan, totalnya naik lebih dari dua kali lipat karena adanya akuisisi ini, dan itu menyebabkan valuasi sahamnya menjadi sangat menarik. Sebelum akuisisi, maka berdasarkan labanya yang $95 juta, PER ABMM pada harga saham Rp4,000 tercatat hanya 4.0 kali. Karena sekarang labanya naik lebih dari dua kali lipat, maka PER tersebut akan turun menjadi kurang dari 2.0 kali, atau jauh lebih murah dibanding valuasi saham-saham batubara lainnya sekarang ini.

Hanya tentu, perhitungannya belum selesai sampai situ, melainkan masih ada beberapa poin penting lagi, sebagai berikut. Pertama, normalnya ketika sebuah perusahaan Tbk mengakuisisi saham perusahaan lain, maka peraturan OJK mewajibkan akuisisinya dilakukan pada harga atau nilai wajar, dimana nilai wajar ini ditentukan oleh kantor jasa penilai publik (KJPP) independen. Namun karena ABMM mengakuisisi 30% saham GEMS melalui proses lelang, maka tidak ada kewajiban tersebut, tapi imbasnya kita jadi tidak tahu berapa nilai wajar 30% saham GEMS ini. Memang kita bisa asumsikan bahwa karena pihak GMR Group menjual sahamnya dalam posisi terpaksa (karena disuruh Pemerintah), dan karena harga belinya juga jauh lebih murah dibanding harga saham GEMS di pasar, maka artinya ABMM mengakuisisi saham GEMS pada harga diskon, dan jika demikian maka di laporan keuangan berikutnya nanti ABMM akan mencatat ‘keuntungan atas pembelian pada harga diskon’ atau semacamnya, yang juga meningkatkan laba bersihnya (diluar peningkatan laba karena pengakuan laba GEMS sebagai bagian dari laba perusahaan). Tapi itu hanya asumsi yang bisa saja keliru, jadi untuk pastinya kita harus tunggu rilis laporan keuangan ABMM untuk Q3 nanti.

Lalu kedua, meski harga akuisisinya $420 juta, namun itu belum termasuk ‘pembayaran yang ditangguhkan’ yang tidak ada rincian nilainya berapa, atau bagaimana mekanisme pembayarannya. Tapi intinya ABMM harus membayar lebih dari sekedar $420 juta tadi. Ketiga, karena akuisisinya dibayai dengan utang baru, maka ABMM juga harus keluar biaya ekstra untuk membayar bunga utang tersebut, sehingga mengurangi laba bersihnya setelah masuknya bagian laba/dividen dari GEMS. Disisi lain, sebelum akuisisi ini maka total kewajiban ABMM sejatinya sudah cukup besar, yakni mencapai $792 juta berbanding ekuitasnya $376 juta, sehingga dengan tambahan utang sebesar $320 juta maka total kewajiban tersebut menjadi lebih besar lagi. Jadi dalam hal ini ABMM berbeda dengan katakanlah PTBA atau PT Indo Tambangraya Megah, Tbk (ITMG), yang hampir tidak memiliki utang sehingga laba bersihnya juga ‘aman’ dari beban bunga.

Dan keempat, karena proses akuisisinya baru tuntas pada tanggal 15 September, sedangkan tanggal cum dividen interim GEMS adalah 9 September, maka ada juga kemungkinan ABMM tidak menerima dividen sebesar $60 juta di atas, melainkan yang menerima dividen itu masih GMR Group. Jika benar demikian maka ABMM baru akan menerima dividen ketika GEMS membayar dividen final, awal tahun 2023 nanti.

Kesimpulannya, penulis tetap menganggap bahwa akuisisi GEMS menguntungkan bagi ABMM, terutama karena GEMS, seperti kebanyakan perusahaan batubara lainnya, juga royal dividen, sehingga mayoritas laba yang akan diterima oleh ABMM tidak sebatas bersifat pembukuan, melainkan perusahaan beneran terima uangnya. Dan jangan lupa bahwa GEMS secara operasional lebih besar, dan juga lebih menguntungkan (ROE-nya mencapai lebih dari 100%) dibanding ABMM itu sendiri. Jadi jika anda sudah pegang sahamnya sejak awal maka hold saja, karena akuisisi ini secara signifikan meningkatkan nilai wajar saham ABMM itu sendiri, terutama jika harga batubara tetap tinggi seperti sekarang (terakhir harga Newcastle masih di kisaran $400 per ton). Namun disisi lain karena hal-hal yang sudah disebut diatas, maka kita belum tahu berapa persisnya ‘peningkatan nilai wajar saham ABMM’ tersebut, melainkan kita baru akan mengetahuinya setelah perusahaan merilis laporan keuangannya untuk periode Q3 2022, sekitar November nanti.

Sehingga kalau anda baru mau masuk atau hendak tambah posisi, maka sebaiknya itu dilakukan setelah perusahaan merilis LK Q3 tersebut. Anyway, karena penulis sendiri sudah ada pegang ABMM ini sejak setahun lalu, maka analisa diatas nanti akan kita update lagi segera setelah perusahaan merilis LK terbarunya, so just stay tune.

Disclosure: Ketika artikel ini diposting, Avere Investama sedang dalam posisi memegang saham ABMM pada harga beli rata-rata Rp2,549 per saham. Posisi ini bisa berubah setiap saat tanpa pemberitahuan terbuka sebelumnya.

***

Ebook Market Planning edisi Oktober 2022 yang berisi analisis IHSG, rekomendasi saham, info jual beli saham, dan update strategi investasi bulanan sudah terbit. Anda bisa memperolehnya disini, gratis info jual beli saham, dan tanya jawab saham/konsultasi portofolio untuk member.

Dapatkan postingan terbaru dari blog ini via email

Komentar

Elang mengatakan…
Terimakasih atas ulasannya pak teguh

ARTIKEL PILIHAN

Live Webinar Value Investing, Sabtu 27 April 2024

Ebook Investment Planning Kuartal I 2024 - Terbit 8 Mei

Indo Tambangraya Megah: Masih Royal Dividen?

Laporan Kinerja Avere Investama 2022

Prospek Saham Energi Terbarukan, Kencana Energi Lestari (KEEN)

Prospek Saham Samudera Indonesia (SMDR): Bisakah Naik Lagi ke 600 - 700?

Perkiraan Dividen PTBA: Rp1,000 per Saham