Prospek Saham PayPal (PYPL): Saham Teknologi Yang Masih Murah?
Bagi anda yang sudah berinvestasi di saham US, maka anda tentu memperhatikan S&P 500 Index (SPX) yang terus naik dan sekarang sudah di level 6,700-an, dan alhasil hampir semua saham terutama di bidang teknologi terbang tinggi hingga ratusan persen, termasuk yang sudah kita bahas disini seperti Advanced Micro Devices Inc (AMD), Iren Ltd (IREN), Futu Holdings Ltd (FUTU), Oscar Health Inc (OSCR), Intel Inc (INTC), dan SoFi Technologies Inc (SOFI), semuanya meroket. Nah, tapi tahukah anda bahwa masih ada beberapa tech stocks berfundamental bagus yang belum naik, sehingga valuasinya pun masih murah dan alhasil kita masih bisa beli sahamnya kalau memang masih pegang cash?
***
Hingga akhir September, Avere Investama US Stocks mencatat profit +37.1% dihitung sejak awal tahun 2025. Untuk melihat saham-saham apa saja yang kami pegang bisa ikut channel telegram USC disini, gratis konsultasi dan tanya jawab saham US untuk member.
***
Yup, salah satunya yang akan kita bahas disini, PayPal Holdings Inc (PYPL), dan berikut analisanya.
PayPal Holdings Inc adalah perusahaan di bidang jasa sistem pembayaran online, yang memungkinkan pengguna (user) untuk mengirim dan menerima uang dengan metode apapun, dalam mata uang apapun, dan dari atau ke negara manapun. Sejarah perusahaan dimulai pada tahun 1999 ketika Peter Thiel, seorang investor di bidang teknologi, mendirikan perusahaan sistem pembayaran elektronik (electronic payment system) dengan nama Paypal, ketika itu dengan ide bahwa klien bisa mengirim dan menerima pembayaran secara online menggunakan dompet digital seperti yang kita kenal sekarang, dengan hanya menggunakan alamat email dan tanpa melibatkan rekening bank. Bisnis payment system ini kemudian berkembang pesat seiring ecommerce booming, dimana hampir seluruh penjual dan pembeli di marketplace seperti Amazon Inc (AMZN) dan eBay Inc (EBAY) menggunakan PayPal untuk transaksi, dan perusahaan memperoleh pendapatannya dari fee transaksi tersebut. Tahun 2002, PayPal IPO di Nasdaq dengan ticker PYPL, dan pada harga perdana $13 per saham, dan di tahun yang sama perusahaan diakuisisi oleh EBAY senilai $1.5 miliar. Tahun 2010, PYPL memiliki 100 juta pengguna aktif, dan melayani transaksi menggunakan 25 mata uang berbeda. Tahun 2015, EBAY men-spin off PYPL, dan sejak saat itu PayPal kembali menjadi perusahaan independen.
Hingga pada hari ini, PYPL memiliki sekitar 450 juta pengguna aktif di seluruh dunia, yang secara rutin menggunakan layanan sbb:
- PayPal Checkout, yakni tombol ‘PayPal’ di website dan aplikasi ecommerce, yang memungkinkan pembeli untuk membayar menggunakan PayPal hanya dengan klik tombol tersebut, bahkan meskipun dia tidak memiliki akun PayPal,
- Aplikasi Venmo, layanan pembayaran dengan sistem peer-to-peer (P2P), yang memungkinkan user untuk mengirim dan menerima uang melalui social media, termasuk memfasilitasi klien untuk membayar dan/atau menerima pembayaran secara offline melalui minimarket dll,
- Credit Paylater, layanan dimana pembeli menerima barangnya sekarang, bayarnya belakangan,
- Value added services, seperti layanan subscription untuk konten kreator, analytics for merchant, hingga crypto services.
Nah, sampai titik ini maka mungkin anda mulai berpikir bahwa PYPL ini tidak menarik, karena sekarang ini ada banyak sekali perusahaan yang menawarkan produk/jasa serupa. Misalnya kalau di Indonesia ada Gopay/Shopeepay, yang memungkinkan penggunanya untuk melakukan dan menerima pembayaran menggunakan aplikasi, tanpa perlu rekening bank. Dan actually pemikiran itu pula yang bikin saham PYPL sudah lama gak kemana-mana, dimana setelah drop dari posisi $300 di bulan Juli 2021 hingga mentok di $70 pada Juli 2022, maka hingga hari ini atau tiga tahun kemudian, PYPL masih berada di $70-an.
![]() |
Logo PayPal, dan Venmo. |
Namun inilah faktanya: Bisnis payment system tidak sesederhana itu, dimana perusahaan harus membangun trust dengan pihak perbankan, regulator keuangan, para merchant di ecommerce, dan tentunya klien/user. Dan PayPal adalah perusahaan paling mapan di dunia di bidang ini, dimana mereka sudah memiliki lisensi untuk beroperasi di hampir semua negara di seluruh dunia, memiliki sistem anti-fraud yang sudah sangat teruji, hingga jaringan KYC (know your customers) untuk mencegah praktik money-laundering. Simpelnya, anda sebagai user bisa menggunakan PayPal di Indonesia dan juga di banyak negara lain, tapi anda tidak/belum bisa menggunakan Gopay di Amerika Serikat. Di sisi lain manajemen juga terus beradaptasi dengan perkembangan teknologi serta kebutuhan konsumen terutama Gen Z, dengan cara meluncurkan Venmo, Braintree (payment gateway untuk pembayaran Uber, Airbnb, Shopify etc), Pay with Crypto, dst.
Dan karena itulah, ketika dunia dilanda pandemi covid pada tahun 2020 – 2021, yang kemudian memaksa orang belanja dan bertransaksi secara online dari rumah, maka PYPL sukses mencatat lonjakan kinerja dimana pendapatannya melesat dari $17.8 miliar di tahun 2019, menjadi $25.4 miliar di tahun 2021, tak peduli meski pada saat itu sudah ada banyak perusahaan lain yang sejenis. Dan setelah itupun pendapatan PYPL terus tumbuh, hingga terakhir mencapai $31.8 miliar di tahun 2024.
However, pada tahun 2022 terjadi peristiwa penting: eBay, yang sejak awal merupakan mitra terbesar perusahaan, menyelesaikan proses migrasinya dari PayPal ke sistem pembayaran milik mereka sendiri, yang kemudian memaksa PayPal untuk mencari sumber pendapatan baru, dan mereka sukses dalam hal ini dimana pendapatannya di tahun 2022 ini tetap naik dibanding tahun 2021, tapi dengan biaya operasional yang lebih tinggi sehingga margin labanya turun. Kemudian karena PayPal ada investasi di saham MercadoLibre (MELI) dll, maka ketika harga saham MELI anjlok di tahun 2022 tersebut, maka perusahaan terpaksa mencatat rugi investasi. Alhasil PYPL hanya mencatat laba bersih $2.4 miliar di 2022, jeblok dibanding $4.2 miliar di tahun 2021, dan ini pula yang menyebabkan sahamnya terjun bebas dari $300 hingga mentok di $70, di bulan Juli 2022.
Namun demikian memasuki tahun 2023, manajemen melakukan banyak evaluasi dan alhasil labanya kembali naik menjadi $4.2 miliar. Sayangnya memasuki 2024, laba tersebut turun lagi menjadi $4.1 miliar, yang sebenarnya lebih karena disebabkan oleh penyesuaian akuntansi (GAAP adjustment) dalam penyajian laporan keuangan, terbukti di tahun 2025-nya, hingga Q2 2025 kemarin PYPL mencatat laba bersih yang kembali tumbuh menjadi $4.6 miliar secara trailing twelve month (TTM). But still, investor menanggapi negatif penurunan laba tersebut, dan alhasil saham PYPL turun lebih lanjut hingga mentok di $55 pada bulan April 2025 kemarin sebelum sekarang naik lagi, yakni setelah perusahaan melaporkan kinerja yang kembali bertumbuh di Q1 dan Q2 2025, tapi kenaikan sahamnya sejauh ini baru sebatas balik lagi ke level $70-an.
Valuasi PYPL: Masih Terdiskon
Jadi sekarang kita ke bagian menariknya: Pada harga saham $74, trailing PE PYPL tercatat 14x, jauh lebih rendah dibanding PE dari saham perusahaan financial service besar lainnya yang mencapai 20 – 25x, dengan forward PE lebih rendah lagi yakni 12x, yang menunjukkan bahwa kinerja earnings perusahaan masih dalam tren pertumbuhan. Konsensus analis sendiri menunjukkan bahwa earnings per share (EPS) PYPL akan tumbuh di 2025 ini menjadi $5.25, berbanding $4.65 di tahun 2024 kemarin, dan akan kembali tumbuh menjadi $5.80 di tahun 2026 nanti, yang mana itu masuk akal karena selama jumlah orang yang belanja di ecommerce di seluruh dunia terus meningkat, maka selama itu pula bisnis PYPL akan terus bertumbuh.
Kemudian yang penulis juga suka dari PYPL ini adalah, perusahaan pada bulan Juni 2022 dan Februari 2025 lalu mengumumkan rencana buyback saham senilai total $30 miliar, dimana hingga 31 Maret 2025, perusahaan sudah menggunakan $11.6 miliar diantaranya untuk membeli saham PYPL di pasar pada harga antara $65 – 100 per saham. Aksi buyback seperti ini tidak hanya akan menaikkan EPS perusahaan (karena jumlah saham beredarnya berkurang), tapi juga menjamin sahamnya untuk tidak turun lebih lanjut, karena setiap kali saham PYPL turun maka akan langsung diborong oleh perusahaannya sendiri. Terakhir, dengan The Fed kembali menurunkan Fed Rate menjadi sekarang 4.25%, dan diprediksi bahwa kedepannya Fed Rate tersebut akan kembali turun, maka itu akan menaikkan jumlah uang Dollar beredar, yang pada gilirannya meningkatkan aktivitas jual beli online. Dan sudah tentu dalam hal ini PYPL akan diuntungkan.
Sehingga lengkap sudah: Kita punya saham dari perusahaan dengan kinerja fundamental yang bagus dan konsisten bertumbuh, prospeknya cerah, manajemennya pro investor (dengan melakukan buyback), sentimennya positif (terkait penurunan Fed Rate), dan valuasinya masih terdiskon. Jadi kalau kita anggap PE wajar PYPL di level 20x saja, maka target harganya sekitar $93. Pada praktiknya, karena sebelum tahun 2022 lalu PE PYPL mencapai 40x, maka target harganya bisa lebih tinggi, misalnya jika investor akhirnya menyadari bahwa PayPal tidak hanya masih eksis, tapi juga masih berstatus sebagai pemimpin pasar global di bidang sistem pembayaran. Tapi untuk saat ini maka mari kita lihat apakah PYPL minimal bisa naik dulu ke $90 – 100, lalu bertahan disitu.
Tinggal sekarang risikonya, dan risiko terbesar di PYPL adalah terkait
persaingan, karena sekarang ini sudah ada Apple Pay, Google Pay, Alipay, dst.
Sehingga meski tadi dikatakan bahwa posisi PayPal masih aman mengingat
perusahaan adalah yang terbesar di bidangnya, tapi tidak ada yang tahu dalam jangka panjangnya akan bagaimana. Penulis sendiri percaya bahwa risiko ini sudah tercermin
pada valuasi sahamnya yang undervalued, tapi ini sekaligus berarti bahwa, selama
investor menganggap ‘PayPal is an old fintech without growth’, maka
selama itu pula valuasi sahamnya akan tetap murah, atau bahkan bisa lebih murah
lagi (baca: Sahamnya turun). Nevertheless, jika perusahaan mampu deliver
kinerja sesuai ekspektasi hingga akhir tahun 2025 nanti, maka targetnya
tetap di $90 – 100 itu tadi. We’ll see.
***
Hingga akhir Agustus, Avere Investama US Stocks mencatat profit +37.1% dihitung sejak awal tahun 2025. Untuk melihat saham-saham apa saja yang kami pegang bisa ikut channel telegram USC disini, gratis konsultasi dan tanya jawab saham US untuk member.
Komentar